520
|
#
|
#
|
$a K omoditias perkebunan merupakan salah satu produk unggulan pertanian yang banyak memberikan kontribusi nyata terhadap penerimaan negara. Sebagai salah satu komoditas ekspor non-migas, komitmen pemerintah dalam menacu pengembangan subsektor ini sangat jelas. Dari hanya sekitar 4.55 juta Ha di tahun 1968, luas areal perkebunan Indonesia mencapai 12,61 juta ha di tahun 1997. Laju perkembangan yang cukup impresif ini tidak terlepas dari peran instansi penelitian perkebunan yang menyediakan paket teknologi dan pelayanan jasa bagi para pelaku usaha di bidang ini.
Sejak didirikan oleh perusahaan-perusahaan Belanda di awal abad ini, kegiatan usaha perkebunan hingga 25 tahun terakhir tetap berorientasi pada keuntungan. Dalam mendukung sasaran tersebut, kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh lembaga penelitian lingkup perkebunan diarahkan terutama untuk menyediakan teknologi yang efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum pada dasarnya memiliki peranan yang besar terhadap kegiatan dan sasaran penelitian. Kondisi ini diimplementasikan tidak saja dalam bentuk penyusunan prioritas program penelitian dan pengembangan, tetapi juga reorganisasi struktur organisasi dan realokasi tenaga penelitinya. Sejalan dengan tuntutan konsumen dan kemajuan iptek, pengaturan-pengaturan yang sangat intensif terjadi dalar? kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini.
Di bawah pengelolaan Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (API) tahun 1989- 1996 dan Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (AP21) tahun 1996 hingga kini, penyusunan program penelitian didasarkan atas dasar kebutuhan stakeholders, yang terdiri atas perusahaan perkebunan millik negara (PTP Nusantara), perkebunan besar swasta, pekebun, dan pemerintah. Tolok ukur program penelitian yang digunakan adalah atas dasar asas manfaat. Asas manfaat ini adalah (a) peningkatan efisiensi usaha, (b)
peningkatan nilal tambah, (c) peningkatan daya saing, dan (d) berwawasan lingkungan. Sumbangan penelitian terhadap keglatan usaha perkebunan selama 25 tahun terakhir dapat
dikelompokkan atas dasar kunci-kunci sukses dalam agribisnis perkebunan. Kunci sukses tersebut adalah: (a) perbaikan teknologi budi daya, (b) optimalisasi teknologi pasca panen, dan (c) pengelolaan limbah untuk meningkatkan nilal tambah. Kunci sukses pertama meliputi penyediaan bahan tanaman unggul, ameliorasi lahan bermasalah, pengendalian organisme pengganggu, dan teknologi pemungutan hasil. Yang kedua terdiri atas perbaikan mutu dan diversifikasi produk industri hilir. Perbaikan teknologi pengolahan yang aman lingkungan dan pengembangan produk samping dari limbah merupakan komponen penting dari kunci sukses
ketiga. Bahan tanaman merupakan salah satu kunci sukses awal dari usaha agribisnis perkebunan. Hal ini terkait erat dengan sifat tanaman tahunan yang memerlukan waktu pra-produksi cukup lama. Dengan demikian, penyediaan teknologi perbanyakan bibit unggul merupakan salah satu langkah strategis yang dapat memberikan Jaminan produktivitas tanaman pada saat memasuki masa produktif. Bagaimanapun juga, usaha- usaha untuk mencapai sasaran tersebut masih menghadapi beberapa kendala, seperti lamanya masa
pemuliaan dan sempitnya keragaman genetik tanaman induk. Oleh karenanya, program penelitian ditekankan
lebih banyak untuk mengatasi kendala tersebut. Dalam bagian bab ini disajikan hasil penelitian yang telah
menunjukkan akselerasi nyata dalam menyediakan teknologi penyediaan bahan tanaman unggul kelapa sawit,
kopi, dan teh.
|