Cite This        Tampung        Export Record
Judul Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu : - / Departemen Pertanian
Judul Seragam -
Pengarang (Pengarang)
Departemen Pertanian
EDISI Cetakan I
Penerbitan jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005
Deskripsi Fisik 35 :ilus ;15 x 21 cm
Konten teks
Media -
Penyimpan Media -
ISBN 979-3871-12-1
Subjek Departemen Pertanian
Abstrak Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1.3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi. Walaupun pada dua tahun terakhir, kinerja industri gula nasional menunjukkan peningkatan, pada dekade terkahir secara umum kinerjanya mengalami penurunan, baik dari sisi areal, produksi maupun tingkat efisiensi. Sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, industri gula nasional, atau industri gula berbasis tebu secara umum, harus melakukan revitalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan investasi merupakan suatu syarat keharusan. Investasi di industri gua berbasis tebu cukup pros
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca Umum
Lokasi Akses Online -

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
641/H/2008 633.61 DEP p Dapat dipinjam Perpustakaan BPSIP Jawa Tengah - Ruang Baca Umum Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000000420
005 20210504021849
007 ta
008 210504################g##########0#ind##
020 # # $a 979-3871-12-1
035 # # $a 0010-0521000043
082 # # $a 633.61
084 # # $a 633.61 DEP p
100 # # $e Pengarang
110 0 # $a Departemen Pertanian
240 # # $a -
245 1 # $a Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu : $b - /$c Departemen Pertanian
246 # # $a -
250 # # $a Cetakan I
264 # # $a jakarta :$b Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,$c 2005
300 # # $a 35 : $b ilus ; $c 15 x 21 cm
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a -$2 rdamedia
338 # # $a -$2 rdacarrier
520 # # $a Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1.3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi. Walaupun pada dua tahun terakhir, kinerja industri gula nasional menunjukkan peningkatan, pada dekade terkahir secara umum kinerjanya mengalami penurunan, baik dari sisi areal, produksi maupun tingkat efisiensi. Sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, industri gula nasional, atau industri gula berbasis tebu secara umum, harus melakukan revitalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan investasi merupakan suatu syarat keharusan. Investasi di industri gua berbasis tebu cukup prospektif. Dari sisi pasar, permintaan gula dari dalam negeri masih terbuka sekitar 1.4 juta ton per tahun. Pemerintah dengan berbagai kebijakan promotif dan protektifnya telah menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk pengembangan industri gula berbasis tebu. Pasar internasional yang dalam tiga tahun terakhir mengalami defisit sebagai akibat tekanan yang dihadapi oleh produsen utama gula dunia juga mengindikasikan investasi pada bidang ini cukup prospektif. Di gula, beberapa produk derivat tebu (PDT) seperti ethanol, ragi roti, inactive yeast, wafer pucuk tebu, papan partikel, papan serat, pulp, kertas, Ca-sitrat dan listrik mempunyai peluang pasar yang cukup terbuka, baik di pasar domestik maupun internasional. Guna mewujudkan sasaran pembangunan industri gula berbasis tebu, maka diperlukan investasi baik pada usahatani, pabrik gula dan produk derivatnya, serta investasi pemerintah. Secara keseluruhan, total investasi yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp 8.25 triliun. Berdasarkan jenis investasi, total investasi untuk usaha primer mencapai lebih dari Rp 1 triliun. Investasi yang sangat besar diperlukan di bidang usaha industri hilir yang mencapai sekitar Rp 6.817 triliun. Investasi untuk infrastruktur diperkirakan mencapai sekitar Rp 408 miliar. Investasi tertinggi berpeluang dilakukan di Propinsi Papua, Merauke dengan nilai investasi sekitar Rp. 3.437 triliun. Di Jawa Timur, nilai investasi diperkirakan sekitar Rp 3 trliun. Di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, investasi yang dibutuhkan adalah antara Rp 0.4-0.7 triliun. Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan mencakup (i) Konsistensi kebijakan pemerintah; (ii) Penciptaan medan persaingan yang adil (level playing ground); (iii) Pemberian insentif untuk pengembangan industri di luar jawa dan produk derivatif gula; (iv) Dukungan pendanaan untuk rehabilitasi atau konsolidasi PG; (iv) Dukungan untuk memudahkan privatisasi (spin off dan SBU).
651 # 4 $a Departemen Pertanian
740 # # $a Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu
856 # # $a -
990 # # $a 641/H/2008
Content Unduh katalog