01516 2200229 4500001002100000005001500021008004100036020002200077035002000099041000700119082001000126084001600136090001600152100002700168245001200195250001100207260003400218300003500252500093800287650003901225990002201264INLIS00000000000066320230321091237230321 g | ind  a978-602-344-004-7 a0010-0122000662 aid a633.3 a633.3 ANW k a633.3 ANW k0 aANWAR, Khairil [et.al]1 aKedelai aCet. 1 aJakarta :bIAARD PRESS,c2014 axx, 218 hlm. :bIlus. ;c23 cm aDalam sepuluh tahun terakhir, produksi kedelai terus merosot dan minat petani untuk bertanam kedelai juga makin menurun. Setelah mencapai swasembada kedelai pada tahun 1992, secara berangsur luas tanam kedelai terus berkurang, dari 1,66 juta hektare pada tahun 1992 menjadi hanya 550 ribu hektare pada tahun 2013. Kebutuhan kedelai yang terus meningkat sebagian besar dipenuhi melalui impor. Impor terbesar terjadi pada tahun 2010. Saat itu, produksi kedelai hanya 852 ribu ton, padahal kebutuhannya mencapai 2,67 juta ton. Ketersediaan lahan subur untuk menanam kedelai makin terbatas sehingga untuk mewujudkan swasembada kedelai, lahan rawa pasang surut dapat menjadi pilihan. Dari luas lahan pasang surut 26,30 juta hektare, 8,5 juta hektare sesuai untuk pertanian. Dilahan rawa pasang surut, kedelai dapat ditanam pada lahan dengan tipe luapan B dengan sistem surjan serta pada tipe luapan C dan D dengan sistem drainase dangkal. 4aPertanian -- Lahan Rawa -- KEDELAI aH.01163/PER/08/19