01914 2200253 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059082001500100084002100115100002000136245008100156250003200237260003000269300002900299650001400328650001900342650001100361650002500372520118800397856005501585990002001640INLIS00000000001144820250718082908 a0010-0725000026ta250718 g 0 ind  a042:338.43 a042:338.43 OKT f1 aOktaviani, Rina1 aFTA dan Daya Saing Industri Pertanian dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global aOrasi Ilmiah Guru Besar IPB aBogor :bIPB Press,c2011 avi, 73p. :bill. ;c21cm 4aPertanian 4aEkonomi Global 4aKrisis 4aFree Trade Agreement aDerajat keterbukaan dan interdependence perdagangan barang dan jasa antarnegara yang semakin tinggi sejak akhir abad ke 20 memberikan konsekuensi saling ketergantungan antarnegara dalam perekonomian di tingkat makro maupun sektoral. Walaupun Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan meyakini adanya manfaat yang diperoleh dalam perdagangan bebas, fakta menunjukkan proses perundingan multilateral (WTO) berjalan lambat. Lambatnya pengambilan keputusan dengan metode “single under taking” ditambah dengan kemelut ekonomi domestik yang dialami beberapa negara maju menyebabkan banyak negara termasuk Indonesia mencari alternatif kerja sama perdagangan melalui kerja sama bilateral, regional, maupun transregional lainnya dalam bentuk Free Trade Agreement (FTA) atau EconomicPartnership Agreement (EPA). Pada perkembangannya, FTA yang dilakukan tidak hanya karena terletak di kawasan yang sama, tetapi berdasarkan kepentingan ekonomi termasuk perdagangan. Kecenderungan peningkatan proses integrasi ekonomi dan regional di berbagai belahan dunia pada dasarnya dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan dengan risiko yang dihadapi. ahttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71671 a2174/PSEKP/2025