01831 2200241 4500001002100000005001500021035002000036245011100056100001300167260003300180300002500213020002200238084002100260082001500281008004100296250008400337650003000421650001700451650001700468520100200485856008201487990002001569INLIS00000000000937320250703013456 a0010-10210042071 aPenyakit Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum) :bDampak, Bioekologi dan Peranan Teknologi Pengendaliannya aSupriadi aBogor :bBalitbangtan,c2009 a65p :bill. ;c21 cm a978-979-8191-90-9 a042 :636.5 SUP p a042 :636.5250703 g 0 ind  aOrasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Fitopatologi (Hama dan Penyakit Tanaman) 4aHama dan Penyakit Tanaman 4aFitopatologi 4aLayu Bakteri aObat tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia selama ribuan tahun menggunakan tanaman obat yang tumbuh secara alamiah dengan meminimalkan praktek-praktek manipulasi kesuburan dan perlindungan tanaman (Winarto, 2002). Industri obat tradisional Indonesia mengalami peningkatan 6 kali lipat dari 165 buah pada tahun 1981 menjadi 1.023 pada tahun 2003, dan pangsa pasar obat tradisional pada tahun 2010 diperkirakan mencapai Rp 7,2 triliun (Syakir, 2007). Salah satu kendala dalam budidaya tanaman adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum (sebelumnya bernama Pseudomonas solanacearum). Penyakit ini sudah ada di Indonesia sejak 100 tahun lalu menyerang berbagai tanaman, seperti tembakau di Deli, Sumatera Utara tahun 1897 (Honing 1910 dalam Semangun, 1988), kentang di Dataran Tinggi Karo tahun 1912 (van Hall dalam Semangun, 1991), kacang tanah tahun 1927 (Semangun, 1991), dan pisang di Kepulauan Salayar Sulawesi Selatan tahun 1921 (Gaumann, 1921). ahttps://repository.pertanian.go.id/items/77fa58ce-d6a1-4a7e-943c-3d963cecda34 a2150/PSEKP/2025