01817 2200253 4500001002100000005001500021007000300036008004100039020002200080035002000102082001100122084001700133100003400150245008000184264003700264300002900301336002100330337003000351338002300381520108900404650002201493700003101515990001701546INLIS00000000148657220250819034115ta250819 g 0 ind  a978-623-6042-28-1 a0010-0825000017 a155.25 a155.25 WED t0 aWeda S. AtmanegaraePengarang1 aTake it slow, let it flow /cWeda S. Atmanegara; penyunting, Z. Tito Rayhan aYogyakarta :bSecond Hope,c2024 ax, 142 halaman ;c19 cm. 2rdacontentateks 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarrieravolume aiapa bilang kita harus maju terus pantang mundur? Kita juga boleh kok sesekali mundur untuk melihat semuanya menjadi lebih jelas. Kita boleh kok sesekali mundur di saat ingin berjalan maju, tetapi rasanya buntu. Kita boleh kok sesekali mundur untuk memikirkan kembali apakah langkah-langkah yang kita ambil sudah tepat. Namun, bagaimana kalau kita ketinggalan dari yang lain? Oke. Pernahkah kita mendorong diri kita sendiri tanpa sadar bahwa kita sudah terlalu memaksakan diri, kurang istirahat, dan tidak memperhatikan pola makan kita sampai akhirnya kita kelelahan sendiri? Yang ada di pikiran kita hanya ingin terus maju supaya tidak tertinggal oleh orang lain. Memangnya kita sedang bersaing dengan siapa? Jika ada yang pantas bersaing dengan diri kita, orang itu adalah diri kita di masa lalu. Sebab, terlalu memaksakan diri bersaing dengan orang lain hanya akan membuat kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang tersebut. Meskipun di sisi lain kita juga perlu melihat orang-orang di sekitar kita supaya kita lebih terpacu dan bersemangat untuk sampai pada tujuan kita 4apengembangan diri0 aZ. Tito RayhanePenyunting a2025/HD/0272