02567 2200265 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001100122084001700133100003000150245006500180300003200245650001300277700003300290700002800323520181600351336002102167337003002188338002302218264004202241990001802283INLIS00000000143423920250121024138 a0010-0125000102ta250121 g 0 ind  a978-623-220-141-5 a922.97 a922.97 MAH t0 aMahmud SyalabiePengarang1 aThariq bin Ziyad menaklukkan Andalusia /cDr. Mahmud Syalabi aviii, 207 halaman ;c20 cm. 4abiografi0 aYusni A. GhazaliePenyunting0 aAbdul HalimePenerjemah aAndalusia, 711 M. Kerajaan Goth, yang begitu kuat berkuasa di Semenajung Iberia (Andalusia) sejak abad ke-5, setelah mengalahkan Romawi dan tak terkalahkan oleh bangsa mana pun, tak mengira itu adalah tahun terburuk dan terakhir baginya. Dari selatan, dari selat yang memisahkan daratan Afrika dan Eropa, pasukan Arab-Muslim dengan penuh gelora meruntuhkan kekuasaan Goth di bawah pemimpin tangguh dari suku Barber: Thariq bin Ziyad. Lalu, perubahan sosial politik pun bergulir dramatis dan menentukan bagi sejarah Andalusia, dan Eropa, hingga berabad-abad kemudian. Panglima perang kepercayaan Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara, tersebut lalu menjadi begitu masyhur dan tercatat dalam sejarah Islam—dan dunia—sebagai salah satu tokoh besar karena telah mengguncangkan Eropa. Maklum, ia menaklukkan Andalusia dalam tempo satu tahun. Hal yang mustahil kala itu, mengingat Kerajaan Goth sudah sangat kuat berkuasa di sana. Tapi, itulah yang dilakukan Thariq bin Ziyad dalam satu tahun. Dia menaklukkan negara adidaya dalam satu tahun, yaitu Andalusia. Seluruh Spanyol jatuh di bawah kakinya. Negara itu tidak bisa berdiri lagi, dan ia tidak bisa mengusirnya. Spanyol dalam kaitannya dengan dunia klasik, ia seperti Amerika dan sekutunya saat ini. Itulah Thariq bin Ziyad. Penakluk yang tidak pernah dikalahkan oleh pasukan mana pun. Ditulis secara menawan oleh penulis sekaligus sastrawan yang produktif, buku ini mengungkap sosok Thariq bin Ziyad dan sepak terjangnya lebih dari yang kita kenal. Tak hanya ihwal kepiawaiannya di medan perang yang membuat ia disejajarkan dengan Sang “Saifullah” (Pedang Allah) Khalid bin al-Walid, buku ini juga mengulas kepribadiannya yang humble dan saleh sehingga dicintai oleh para prajuritnya, bahkan membuat iri Musa bin Nushair, pemimpinnya sendiri. 2rdacontentateks 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarrieravolume aJakarta :bPT. Pustaka Alvabet,c2022 a2024/HD/00248