520
|
#
|
#
|
$a Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya potensi pengembangan sapi potong
sebagai usaha peternakan sapi rakyat. Deteksi kebuntingan menjadi hal yang
sangat penting dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan inseminasi buatan
yang dilaksanakan. Apabila setelah dilaksanakan deteksi kebuntingan ditemukan
ternak tidak bunting, maka waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat
ditekan dengan penanganan seperti ternak dijual maupun di culling. Hal ini juga
bertujuan untuk menekan biaya pada breeding program agar lebih ekonomis.
Namun pemeriksaan kebuntingan sapi potong pada umumnya masih dilakukan
dengan palpasi rektal maupun USG yang hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
ahli dan dengan biaya yang tidak sedikit. Di Kabupaten Trenggalek tenaga yang
ahli pada palpasi rektal hanya 38 orang sehingga pelayanan yang diberikan
menjadi kurang optimal karena tidak berimbangnya jumlah tenaga ahli dengan
sebaran populasi sapi di Kabupaten Trenggalek yang cukup melimpah. Syaiful
(2018) dan Suparmin, dkk (2018) menyarankan bahwa deteksi kebuntingan pada
sapi dapat dilaksanakan dengan metode punyakoti dan asam sulfat (H2SO4
).
Metode punyakoti dan asam sulfat ini merupakan metode deteksi kebuntingan
yang cukup murah, mudah, dan tidak melanggar prinsip kesejahteraan hewan.
Desa Jajar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gandusari,
dimana 43 petani yang tergabung dalam Gapoktan Loh Jinawi juga beternak sapi
potong. Namun, penyuluhan terkait deteksi kebuntingan menggunakan metode
punyakoti dan asam sulfat belum pernah dilaksanakan di Desa Jajar, sehingga
pengetahuan petani terkait deteksi kebuntingan ini masih sangat terbatas,
sehingga mendasari pengkaji untuk melaksanakan penelitian ini.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan peternak, menyusun
rancangan penyuluhan, dan mengetahui peningkatan pengetahuan peternak
tentang deteksi kebuntingan pada sapi potong menggunakan metode punyakoti
dan asam sulfat.
Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bulan November 2023-Februari 2024.
Populasi sebanyak 392 petani dan sampel dipilih menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria petani memiliki sapi potong dan tergabung dalam
anggota Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar dan ditetapkan sampel sebanyak 43
orang. Variabel penelitian ini yaitu umur (X
1
), Tingkat Pendidikan (X
2
), Pengalaman
Beternak (X
3
), Partisipasi Petani (X
4
), Akses Terhadap Teknologi Informasi
Pertanian (X
5
), Sifat Inovasi (X
6
), Media Penyuluhan (X
7
), Metode Penyuluhan (X
8
), dan Pengetahuan (Y). Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan
regresi liner berganda.
Hasil yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan peternak tentang deteksi
kebuntingan sapi potong menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat
didominasi oleh peternak yang memiliki skor pengetahuan 41-60 yang berada
pada kategori cukup sebanyak 28 orang (65% dari total responden). Hasil analisis
regresi linier berganda telah memenuhi uji asumsi klasik, karena pada hasil uji
normalitas memiliki nilai sig >0,05, pada uji multikolinieritas memiliki nilai tolerance
> 0,100 dan VIF ,10, sedangkan pada uji heterokedastisitas nilai signifikasi antara
variabel X dan absolut residual memiliki nilai > 0,05. Hasil dari koefisien
determinasi (R
2
) sebesar 0,979 atau 97,9% yang menunjukkan bahwa faktor
internal dan faktor eksternal (Variabel X) dalam penelitian ini memiliki pengaruh
sebesar 97,9% terhadap variabel Y sedangkan 2,1% lainnya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Pada uji F semua variabel (X)
dalam penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap pengetahuan peternak
tentang deteksi kebuntingan menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat.
Adapun hasil uji T terdapat 4 variabel yang berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan peternak dan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap
pengetahuan peternak. Adapun variabel yang berpengaruh meliputi Tingkat
Pendidikan (X2), Akses Terhadap teknologi Informasi (X5), Media Penyuluhan
(X7), dan Metode Penyuluhan (X8). Ke empat variabel yang berpengaruh tersebut
memiliki nilai signifikasi < 0,05. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh
karena memiliki nilai signifikasi > 0,05 yaitu Umur (X
1
), Pengalaman Beternak (X
3
),
Partisipasi Petani (X
4
), dan Sifat Inovasi (X
6
). Adapun persamaan regresi yang
diperoleh yaitu Y = -49.205 + 0,052 X1 + 2,564 X2 + 0,085 X3 – 0,111 X4 + 0,212
X5 – 0,323 X6 + 1,624 X7 + 1,454 X8 + e
Hasil dari kajian analisis faktor-faktor tersebut dijadikan sebagai acuan untuk
membuat rancangan penyuluhan dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan peternak sapi potong tentang alternatif deteksi kebuntingan dengan
jumlah sasaran 43 orang yang tergabung dalam Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar.
Materi yang disampaikan berupa gambaran umum mengenai deteksi kebuntingan,
manfaat deteksi kebuntingan dan prosedur deteksi kebuntingan menggunakan
metode punyakoti dan asam sulfat. Metode yang digunakan yaitu melalui
pendekatan kelompok dengan ceramah dan diskusi. Media penyuluhan yang
digunakan yaitu leaflet, PPT, dan video.
Adapun hasil evaluasi penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan peternak
tentang deteksi kebuntingan pada kategori pengetahuan tinggi dari 14 orang
menjadi 32 orang dan kategori pengetahuan sangat tinggi dari 1 orang menjadi 7
orang, sedangkan pada kategori pengetahuan sedang terjadi penurunan dari 28
orang menjadi 4 orang. Adapun hasil total skor pengetahuan terjadi peningkatan
skor sebesar 12,2% dari 60,4% menjadi 72,6%.
|