06713 2200241 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008003900059082001600098084002600114100003100140245025700171300001200428650009600440520576500536336002106301337002806322338002506350856004106375264003906416990001606455INLIS00000000143446320250404124330 a0010-0425000048ta250404 | | |  aL.310-24120 aRES L.310-24120 WAH a0 aWAHYU KURNIAWANePengarang1 aANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG TENTANG DETEKSI KEBUNTINGAN MENGGUNAKAN METODE PUNYAKOTI DAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DI DESA JAJAR KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK /cPolbangtan Malang a154 hlm 4aPPKH, Tingkat pengetahuan, sapi potong, peternak sapi potong, kebuntingan, metode punyakoti aPenelitian ini dilatar belakangi oleh adanya potensi pengembangan sapi potong sebagai usaha peternakan sapi rakyat. Deteksi kebuntingan menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan inseminasi buatan yang dilaksanakan. Apabila setelah dilaksanakan deteksi kebuntingan ditemukan ternak tidak bunting, maka waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan seperti ternak dijual maupun di culling. Hal ini juga bertujuan untuk menekan biaya pada breeding program agar lebih ekonomis. Namun pemeriksaan kebuntingan sapi potong pada umumnya masih dilakukan dengan palpasi rektal maupun USG yang hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dan dengan biaya yang tidak sedikit. Di Kabupaten Trenggalek tenaga yang ahli pada palpasi rektal hanya 38 orang sehingga pelayanan yang diberikan menjadi kurang optimal karena tidak berimbangnya jumlah tenaga ahli dengan sebaran populasi sapi di Kabupaten Trenggalek yang cukup melimpah. Syaiful (2018) dan Suparmin, dkk (2018) menyarankan bahwa deteksi kebuntingan pada sapi dapat dilaksanakan dengan metode punyakoti dan asam sulfat (H2SO4 ). Metode punyakoti dan asam sulfat ini merupakan metode deteksi kebuntingan yang cukup murah, mudah, dan tidak melanggar prinsip kesejahteraan hewan. Desa Jajar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gandusari, dimana 43 petani yang tergabung dalam Gapoktan Loh Jinawi juga beternak sapi potong. Namun, penyuluhan terkait deteksi kebuntingan menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat belum pernah dilaksanakan di Desa Jajar, sehingga pengetahuan petani terkait deteksi kebuntingan ini masih sangat terbatas, sehingga mendasari pengkaji untuk melaksanakan penelitian ini. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan peternak, menyusun rancangan penyuluhan, dan mengetahui peningkatan pengetahuan peternak tentang deteksi kebuntingan pada sapi potong menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat. Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bulan November 2023-Februari 2024. Populasi sebanyak 392 petani dan sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria petani memiliki sapi potong dan tergabung dalam anggota Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar dan ditetapkan sampel sebanyak 43 orang. Variabel penelitian ini yaitu umur (X 1 ), Tingkat Pendidikan (X 2 ), Pengalaman Beternak (X 3 ), Partisipasi Petani (X 4 ), Akses Terhadap Teknologi Informasi Pertanian (X 5 ), Sifat Inovasi (X 6 ), Media Penyuluhan (X 7 ), Metode Penyuluhan (X 8 ), dan Pengetahuan (Y). Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan regresi liner berganda. Hasil yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan peternak tentang deteksi kebuntingan sapi potong menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat didominasi oleh peternak yang memiliki skor pengetahuan 41-60 yang berada pada kategori cukup sebanyak 28 orang (65% dari total responden). Hasil analisis regresi linier berganda telah memenuhi uji asumsi klasik, karena pada hasil uji normalitas memiliki nilai sig >0,05, pada uji multikolinieritas memiliki nilai tolerance > 0,100 dan VIF ,10, sedangkan pada uji heterokedastisitas nilai signifikasi antara variabel X dan absolut residual memiliki nilai > 0,05. Hasil dari koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,979 atau 97,9% yang menunjukkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal (Variabel X) dalam penelitian ini memiliki pengaruh sebesar 97,9% terhadap variabel Y sedangkan 2,1% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Pada uji F semua variabel (X) dalam penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap pengetahuan peternak tentang deteksi kebuntingan menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat. Adapun hasil uji T terdapat 4 variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan peternak dan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pengetahuan peternak. Adapun variabel yang berpengaruh meliputi Tingkat Pendidikan (X2), Akses Terhadap teknologi Informasi (X5), Media Penyuluhan (X7), dan Metode Penyuluhan (X8). Ke empat variabel yang berpengaruh tersebut memiliki nilai signifikasi < 0,05. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh karena memiliki nilai signifikasi > 0,05 yaitu Umur (X 1 ), Pengalaman Beternak (X 3 ), Partisipasi Petani (X 4 ), dan Sifat Inovasi (X 6 ). Adapun persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y = -49.205 + 0,052 X1 + 2,564 X2 + 0,085 X3 – 0,111 X4 + 0,212 X5 – 0,323 X6 + 1,624 X7 + 1,454 X8 + e Hasil dari kajian analisis faktor-faktor tersebut dijadikan sebagai acuan untuk membuat rancangan penyuluhan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong tentang alternatif deteksi kebuntingan dengan jumlah sasaran 43 orang yang tergabung dalam Gapoktan Loh Jinawi Desa Jajar. Materi yang disampaikan berupa gambaran umum mengenai deteksi kebuntingan, manfaat deteksi kebuntingan dan prosedur deteksi kebuntingan menggunakan metode punyakoti dan asam sulfat. Metode yang digunakan yaitu melalui pendekatan kelompok dengan ceramah dan diskusi. Media penyuluhan yang digunakan yaitu leaflet, PPT, dan video. Adapun hasil evaluasi penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan peternak tentang deteksi kebuntingan pada kategori pengetahuan tinggi dari 14 orang menjadi 32 orang dan kategori pengetahuan sangat tinggi dari 1 orang menjadi 7 orang, sedangkan pada kategori pengetahuan sedang terjadi penurunan dari 28 orang menjadi 4 orang. Adapun hasil total skor pengetahuan terjadi peningkatan skor sebesar 12,2% dari 60,4% menjadi 72,6%. 2rdacontentaText 2rdamediaaBuku Tercetak 2rdacarrieraHardcopy aPerpustakaan Pusat Polbangtan Malang aMalang :bPolbangtan Malang,c2024 aL.310-24120