|
520
|
#
|
#
|
$a Paling tidak terdapat lima tantangan sektor pertanian sit in alt (1) tartangan intik meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besar memitas lahan di bawah 0.5 hektar 2 tantangan agronomis, yaitu bagaimana meningkatkan produksi pangan dan komoditas pertanian lainnya (3) tantangan demografis, yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen atau penduduk yang terus tumbuh (4) tantangan untuk mewujudkan pertansan berkelanjutan dalam konteks perubahan iklim global, dan (5) tantangan untuk memfasilitasi proses transformasi perekonomian nasional dan berbasis fosil ka bloekonomi. Semua tantangan tersebut memerlukan penanganan yang holistik dengan mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan. Secara vertikal integrasi dilakukan mencakup aspek hulu sampai hilir, sedangkan integrasi horizontal meliputi berbagai komoditas dan jenis usaha Sektor pertanian dalam artian luas mencakup subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan Dalam menyikapi tantangan tersebut, pembangunan perekonomian nasional perlu diuban ke paradigma baru. Pertama, pertanian untuk pembangunan atau agriculture for development, yaitu rencana pembangunan perekonomian nasional perlu dirancang dan dilaksanakan berdasarkan tahapan pembangunan pertanian, dan sektor pertanian harus dijadikan sebagai motor penggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh. Kedua, paradigma sistem pertanian bioindustri berkelanjutan. Sudah saatnya industri beralih dari bahan bakar fosil ke bahan bakar terbarukan (hayati) Paradigma ini menuntut peran pertanian tidak hanya sebagai penghasil utama bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku biorefinery untuk menghasilkan bahan pangan (food), pakan (feed), serat (fiber) dan energi (fuel), serta bioproduk lainnya. Sebagai contoh, perkebunan seral wangi, yang terintegrasi dengan peternakan sapi perah, menghasilkan minyak atsir yang digunakan dalam industri parfum, pewangi berbagai produk, kosmetik, pestisida nabati dan bioaditif bahan bakar minyak. Limbah penyulingan serai wangi digunakan sebagai pakan ternak sapi perah yang menghasilkan susu dan anak sapi yang bernilai jual tinggi, serta kotoran temak dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman dan biogas sehingga memungkinkan pengembangan dengan konsep zero waste management. Serai wangi juga sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati yang dapat mendukung program pembangunan sistem pertanian-bioindustri.
Sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan selain memungkinkan pengembangan konsep zero waste management, juga pengembangan konsep pertanian berkelanjutan, dengan mengintegrasikan aspek lingkungan dengan sosial ekonomi masyarakat pertanian untuk mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian yang sehat, melestarikan kualitas lingkungan, dan melestarikan sumber daya alam. Pertanian berkelanjutan harus dapat memenuhi kniteria keuntungan ekonomi, keuntungan sosial, dan konservasi lingkungan secara berkelanjutan pula. Pertanian berkelanjutan juga merupakan tulang punggung bagi terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan. Melalui sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan diharapkan dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan energi nasional. Konsep sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan juga memandang lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan dan energi dengan menerapkan konsep biorefinery, di mana biomassa dikonversi untuk mendapatkan bahan pangan dan nonpangan yang lebih bemilai ekonomis dengan input energi rendah melalui konsep zero waste
Menyadari potensi dan urgensi pengembangan bioekonomi berbasis pertanian, maka Kementerian Pertanian telah menyusun dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP).
|
