De Zeven Provincien: Ketika Kelasi Indonesia Berontak (1933) Blom, J.C.H Bouwsma, Elly Touwen text Jakarta LIPI Press 2015 Cetakan pertama: Juli 2015 ind
text
regular print
xix + 112 hlm ; 14,8 x 21 cm
Di masa ketika kebudayaan-cetak telah semakin menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat-kota, dengan semakin meluasnya Beredaran surat-surat kabar dan majalah serta penerbitan lain mala idealisme dan romantisme dari hasrat nasionalisme pun semakin meluas dan mendalam juga menjangkau kesadaran bangsa. Dalam suasana ketika kebangkitan pemikiran tentang terwujudnya kesatuan bangsa yang telah melampaui batas-batas etnis dan bahkan insuler (ikatan kepulauan) ini maka bisalah pula dipahami kalau perdebatan tentang landasan perjuangan terjadi juga. Apakah yang harus dijadikan sebagai landasan ideologi perjuangan? Masyarakat yang seperti apakah yang diimpikan? Ketika itulah perdebatan ideologis antara "Islam" dan "kebangsaan"-masing-masing dengan segala corak keragaman internalnya menjadi bagian dari dinamika proses pertumbuhan kesadaran politik masyarakat. Kesadaran politik ini semakin meluas karena kaum pergerakan tidak hanya berdebat tentang ideologi dan landasan perjuangan bangsa. Mereka berdebat pula tentang strategi perjuangan dan tentang sikap politik terhadap pemerintah kolonial, yang masih kuat bercokol. Apakah sebaiknya pergerakan nasional menjalankan polit "kooperasi ataukah "nonkooperasi"? Dengan kata lain, apakah wakilan yang didirikan pemerintah, seperti Volksraad (Dewan Rakyat) pergerakan kebangsaan sebaiknya ikut serta dalam kelembagaan pet yang dinilai pemerintah cukup maju, dan gemeenteraad "dewan kota" di kota-kota yang cukup besar, ataukah harus menjauh dari apa yang dianggap sebagai jebakan kolonialisme itu. J.C.H. Blom Indonesia Sejarah Rak Sastra 959.802.2 959.802.2 BLO d 978-979-799-826-4 240729 20240729091759 INLIS000000000000919 Converted from MARCXML to MODS version 3.5 using MARC21slim2MODS3-5.xsl (Revision 1.106 2014/12/19)