03062 2200253 4500001002100000005001500021007000300036008004100039020002200080035002000102082001200122084001800134100002900152245014300181250003700324260003300361300003400394520228800428650001502716650001502731650003002746650001602776990001602792INLIS00000000000090520240729025242ta240729 g 0 ind  a978-602-496-074-2 a0010-0124000634 a328.346 a328.346 RAH m1 aRaharjo, Sandy Nur Ikfal1 aMembangun Konektivitas di Perbatasan :bKerjasama Subregional Indonesia, Brunei Darusslam, Malysia dan Filipina /cSandy Nur Ikfal Raharjo aCetakan pertama : September 2019 aJakarta :bLIPI Press,c2019 axiv + 181 hlm ;c14,8 x 21 cm aAsia Tenggara menjadi kawasan yang semakin diperhitungkan di dunia internasional. Kawasan ini dikenal memiliki regionalisme yang cukup mapan, yakni Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Organisasi regional ini bukan hanya berhasil mengintegrasikan sepuluh negara anggotanya, melainkan juga berperan penting dalam menciptakan stabilitas di kawasan Asia Timur yang lebih luas. ASEAN mampu menggandeng negara-negara dengan kekuatan besar yang saling berkompetisi, seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan untuk duduk bersama dalam forum East Asia Summit. Eksistensi ASEAN tersebut sudah banyak diketahui dan diakui oleh masyarakat internasional. Namun, masih sedikit yang mengeta- hui bahwa Asia Tenggara tidak hanya memiliki kerja sama regional ASEAN, tetapi juga mempunyai beberapa kerja sama subregional yang turut berperan membangun kawasan. Setidaknya, ada tiga kerja sama subregional yang patut diperhitungkan, yaitu Greater Mekong Subre- gion (GMS), Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), dan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Ketiga kerja sama ini bahkan diakui dalam dokumen Master Plan on ASEAN Connectivity sebagai "building block" bagiĀ ASEAN. Buku ini merupakan seri ketiga dari rangkaian buku dinamika Asia Tenggara dalam membangun khususnya di perbatasan. Adapun seri pertama membahas GMS dan subregionalisme di seri kedua tentang IMT-GT Seri ketiga ini secara khusus membahas BIMP-EAGA, dengan fokus pada perannya dalam pembangunan konektivitas ASEAN, terutama di wilayah perbatasan. Analisis lebih dimensi konektivitas fisik, dittithearakat (people-to-people), Selain itu buku ini juga menying gung hubungan konektivitas tersebut dengan visi Indonesia menjadi poros maritim dunia. konektivitas Editor mengucapkan terima kasih kepada para kontributor yang telah memberikan tulisan terbaiknya untuk dimuat dalam buku ini Editor juga mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah berbagi informasi dalam penelitian yang menjadi dasar bagi penulisan buku ini. Semoga buku ini dapat menjadi sumber bacaan yang bernas dan bukan hanya untuk memperkaya khazanah keilmuan, melainkan juga menjadi bahan acuan para pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan tentang BIMP-EAGA. 4aKerja sama 4aPerbatasan 4aRak Perkantoran/Manajemen 4aSubregional a00000001093