02929 2200241 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100100002300122245012000145260007400265300001400339650002200353650001800375700002400393700002300417520219100440082001702631084002302648990001602671INLIS00000000000081720240729015709 a0010-0124000546ta240729 g 0 ind  a978-979-3566-83-21 aSuradisastra, Kedi1 aProsiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani /cKedi Suradisastra aBogor :bPusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,c2010 a434 ;c25 4aEkonomi Pertanian 4aRak Prosiding1 aSimatupang, Pantjar1 aHutabarat, Budiman aUpaya peningkatan daya saing agribisnis tidak terlepas dari perkembangan liberalisasi perdagangan dalam era globalisasi saat ini. Perubahan global merupakan faktor penyebab perubahan dan dinamika daya saing agribisnis dalam berbagai aspek usahatani dan usaha pertanian. Sebagai faktor penyebab, globalisasi dan liberalisasi memberikan dampak besar terhadap posisi petani kecil karena eksistensi petani kecil sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Liberalisasi perdagangan dalan jangka pendek mempengaruhi perubahan harga komoditas, dalam jangka menengah dan panjang akan menggeser pola usahatani ke arah usaha komoditas yang memberikan keuntungan lebih besar. Sektor pertanian Indonesia berperan besar dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja walaupun kontribusinya semakin menurun. Sektor ini juga menyumbang perolehan devisa negara. Sektor ini masih bersifat padat karya (labor intensive) dan berimplikasi pada penurunan produktivitas sektor pertanian. Daya saing ekspor Indonesia belum didasarkan kepada produk-produk industri yang knowledge-based, namun masih mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Secara umum status daya saing komoditas pertanian ditinjau dari keunggulan komparatif (DRCR) dan RCA maupun keunggulan kompetitif (PCR) menunjukkan kondisi yang mengkawatirkan terutama untuk komoditas padi (beras), kedelai, tebu (gula) dan produk-produk peternakan, sedangkan produk-produk hortikultura (sayuran) dan perkebunan memiliki daya saing tinggi. Sektor pertanian juga perlu diposisikan sebagai sumber kehidupan sebagian besar masyarakat perdesaan, terutama penduduk miskin. Sektor pertanian diarahkan menjadi leading sector dalam kerangka 3F, yakni pembangunan ketahanan pangan (food), sebagai pemasok terbesar bahan baku utama pakan ternak (feed) dan sebagai penghasil sumber energi terbarukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (fuel) untuk menangkal jebakan 3F, yaitu alih guna komoditas pangan dari konsumsi langsung ke bahan baku pakan dan energi serta komplikasinya yang menyebabkan keterpaduan pasar pangan primer dengan pasar minyak bumi dan finansial. a633.1/.4:338 a633.1/.4:338 SUR p a00000000929