03642 2200217 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100100002100122245014300143260008000286300001900366650003300385650001800418520294200436082001203378084001803390990001603408INLIS00000000000081220240729013259 a0010-0124000541ta240729 g 0 ind  a978-979-1415-06-41 aSarwani, Murizal1 aProsiding LOkakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal Dari Desa /cMuhrizal Sarwani aBogor :bBalai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,c2007 a236 ;c25.5 cm 4aDiseminasi inovasi teknologi 4aRak PROSIDING aSalah satu isu penting yang banyak dibahas dalam lokakarya nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal Dari Desa, adalah kaitan antara pembangunan perdesaan dan pembangunan pertanian. Hasil diskusi mengerucut pada satu pemahaman bahwa pembangunan perdesaan tidak selalu identik dengan pembangunan pertanian, Persepsi bahwa perdesaan identik dengan pertanian lebih disebabkan karena hingga saat ini lebih dari 50% rumah tangga di perdesaan, pendapatan utamanya masih bergantung pada sektor pertanian. Persepsi tersebut harus diluruskan agar semua kalangan, khususnya para pengambil kebijakan, sepaham bahwa pembangunan perdesaan mencakup semua aspek pembangunan, seperti pendidikan, infrastruktur publik, kesehatan, perhubungan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan pertanian hanya merupakan salah satu bagian dari pembangunan perdesaan. Perlunya kesepahaman tersebut di atas, dilandasi oleh munculnya berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan perdesaan. Pertama, belum adanya koordinasi antar berbagai institusi dan pelaksana pembangunan lainnya. Akibatnya pembangunan perdesaan dalam arti yang sebenarnya tidak pernah terwujud dengan baik. Keberhasilan program atau proyek tidak lebih dari keberhasilan potongan-potongan kegiatan pada suatu kelompok masyarakat desa. Kedua, nuansa ego sektoral dalam perencanaan maupun pelaksanaan program atau proyek masih sangat kental. Akibatnya, potensi sumberdaya, khususnya dana, yang apabila disinergikan cukup besar potensinya, menjadi tidak optimal dalam pemanfaatannya. Ketiga, masih kentalnya kesan masyarakat perdesaan terhadap program atau proyek, yang identik dengan "bantuan pemerintah". Kondisi tersebut semakin diperparah oleh beragamnya variasi pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu program atau proyek, namun dalam implementasinya kesan "bantuan pemerintah" tetap ada. Akibatnya, upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara serius oleh suatu institusi, seringkali mengalami kegagalan karena pada saat yang bersamaan pada lokasi dan waktu yang sama, ada institusi lain yang melaksanakan kegiatan dengan pendekatan "bantuan pemerintah". Keempat, desain keberlanjutan suatu program atau proyek masih belum banyak dilakukan secara serius oleh institusi pelaksana. Akibatnya, banyak program atau proyek yang berakhir seiring dengan berakhirnya program atau proyek tersebut. Akibat lebih lanjut dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, secara umum telah menjadikan kondisi perdesaan menjadi sebagai berikut: (a) mutu dan ketersediaan infrastruktur publik menurun; (b) menurunnya kapasitas kolektif masyarakat desa; (c) meningkatnya potensi konflik akibat tidak meratanya pelaksanaan program atau proyek; (d) keterlibatan pemerintah desa dalam pelaksanaan program atau proyek masih belum optimal; (e) akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan permodalan menurun; a631.152 a631.152 SAR p a00000001002