Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) Saptana text Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian 2005 ind
text
regular print
231 hlm : ilus ; 23 cm
Globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan dan investasi mendorong pasar komoditas hortikultura sayuran semakin terintegrasi baik antar daerah, antar pulau, dan antar negara. Baik dari aspek permintaan pasar maupun potensi produksi maka pengembangan agribisnis sayuran di Kawasan Agribisnis Sayuran/ Hortikultura Sumatera (KASS/KAHS) strategis untuk mendapatkan prioritas pengembangannya. Sejalan dengan kondisi di atas, dalam tahun anggaran 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Perta nian melakukan penelitian "Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS)", yang dicetak dalam bentuk buku Peta permintaan sayuran untuk kebutuhan domestik memberikan beberapa gambaran sebagai berikut: (1) Sebagian sayuran yang dihasilkan di daerah sentra produksi di Sumatera Utara dan Sumatera Barat sebagian besar (92-95%) untuk konsumsi rumah tangga, yang mereka akses lewat pasar-pasar tradisional, dan hanya sebagian kecil yang melalui pasar swalayan. Untuk Provinsi Riau yang merupakan konsumsi sentra banyak mendatangkan sayuran dari Sumatera Daratan sebagian ada yang diperdagangkan untuk domestik (60-70%) dan ekspor (30-40%). Untuk provinsi sentra produksi seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat peran konsumen institusi seperti hotel, restoran, rumah makan, serta rumah sakit ternyata relatif kecil (28%), sementara di daerah tujuan pasar Provinsi Riau peran konsumen institusi diperkirakan bisa mencapai 2-3 kali lipat (5-20%), karena banyaknya jumlah hotel, restoran, rumah makan, serta rumah sakit. Saptana Agribisnis sayuran Rak Hortikultura 635 635 SAP p 979-3566-34-5 240725 20240725111028 INLIS000000000000661 Converted from MARCXML to MODS version 3.5 using MARC21slim2MODS3-5.xsl (Revision 1.106 2014/12/19)