02384 2200229 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100100002500122245004900147260005000196300002400246650002000270650000800290700001700298520179800315082001002113084001602123990001502139INLIS00000000000311020250702095840 a0010-0625000010ta250702 g 0 ind  a978-979-25-9060-90 aRagil Koentjorodjati1 aJendela jendela Aba /cCV Jaya Media Network aJakarta :bAntalogi Cerpen RetakanKata,c2013 a188 halaman :bilus 4aJendela-jendela 4aAba0 aAgus solikin aA da yang luar biasa pada cerpen-cerpen pemenang lomba menulis di Blog RetakanKata tahun 2013 ini. Bukan semata karena penulisnya yang relatif berusia muda, namun lebih pada substansi pengkisahan suatu kejadian, entah apakah kisah itu berangkat dari pengalaman pribadi penulisnya atau hasil dari proses kreatif imajinasi Kebaharuan senantiasa menjadi acuan awal untuk menilai apakah suatu karya membawa nilai tambah bagi pembacanya atau tidak. Namun demikian, sesuatu yang lampau tidak selalu otomatis kemudian mengusang Orang boleh saja memiliki buah pikir yang sama, yang membedakan adalah bagaimana cara mereka mengungkapkan pikiran itu. Di sinilah bahasa yang terus menerus kita pelajari, memerankan fungsinya. Bahasa hidup dan bermakna ketika ia mampu menghidupkan hal-hal yang terikat dengan dirinya. Hal semacam itu dapat kita tangkap ketika kita membaca cerpen Jendela-jendela Aba karya Oddie Frente, yang terpilih sebagai pemenang pertama lomba menulis cerpen Retakankata 2013. Takut kehilangan adalah sesuatu yang sudah sangat berumur. Demikian pula dengan rindu Setiap orang pernah mengalami hal begitu ketika mereka terikat cinta dan kasih sayang. Cara masing-masing orang bersikap atas rasa takut kehilangan dan rindu, yang kemudian membedakan seorang dengan yang lain. Dan ini berimbas pada karakter terbentuk di masing-masing orang-orang. Cerpen Jendela-jendela Aba termasuk berhasil dalam menghidupkan bahasa. Dalam cerpen ini, bahasa begitu lembut memetaforakan beragam cara menyikapi rindu dan takut kehilangan. Kelembutan bahasa meliuk begitu tenang, menyusup di sela-sela ruang batin yang kemudian menciptakan kerinduan baru, menghentak kesadaran dan menggoyang pikiran untuk terus menerus berdaya upaya mengatasi rindu dan takut kehilangan dengan lebih arif lagi. a612.6 a612.6 RAG j a0000002828