01970 2200193 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059100001900100245009000119250000600209260004300215300003000258650002500288650002300313520142900336990001101765INLIS00000000000283520240726091529 a0010-0724000052ta240726 g 0 ind 0 aJames C. Scott1 aMoral Ekonomi Petani :bPergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara /cJames C. Scott a- aLondon :bYale University Press,c1976 a369 hlm :bill ;c22,5 cm 4aMoral Ekonomi Petani 4aRak Sosial Ekonomi aAda daerah-daerah di mana posisi penduduk pedesaan ibarat orang yang selamanya berdiri terendam dalam air sampai ke leher, sehingga ombak yang kecil sekalipun sudah cukup untuk menenggelamkan- nya. Begitulah tulis Tawney tentang Cina dalam tahun 1931, akan tetapi tak akan banyak melesetlah kiranya apabila de skripsinya yang begitu gamblang diterapkan kepada nasib kaum petani di Burma Hulu, Tonkin, dan Annan di Indocina, atau Jawa Timur dan Tengah pada awal abad keduapuluh. Juga di sini, lahan-lahan yang sangat kecil, cara-cara tradisional, tingkah-polah cuaca dan pajak berupa uang tunai, tenaga kerja dan hasil tanaman yang dipungut oleh negara, telah mendatang- kan hantu lapar dan kekurangan, dan kadang-kadang bencana kelaparan, ke pintu gerbang tiap desa. Relung ekologis yang khas yang ditempati oleh beberapa sektor kaum petani di Asia Tengah menyebabkan mereka men- jadi sangat rawan terhadap risiko-risiko subsistensi. Daerah Ke- ring Burma Hulu, yang senantiasa tergantung kepada belas-kasih- an sang hujan yang banyak ulahnya, pernah mengalami bencana kelaparan dalam tahun 1856-57, tidak lama setclah Inggeris menaklukkan Burma Hilir. "Hujan tak kunjung tiba dan padi layu mengering di sawah. dan orang-orangpun mati. Mereka mati di ladang-ladang ketika sedang mengerkah kulit pohon; mercka mati di jalan-raya dalam pengembaraan mencari makan- an; mereka mati di rumah-rumah."2 Di Annam, di Muangthai aMD0703