245
|
#
|
#
|
$a Infeksi chicken anaemia virus (CAV): etiologi, epidemiologi, gejala klinis, gambaran patologi dan pengendaliannya. /$c Wahyuwardani, Sutiastuti; Syafriati, Tatty(Balai Penelitian Veteriner, Bogor Indonesia).
|
520
|
#
|
#
|
$a Initially, Chicken anaemia virus (CAV) is known as CAA, which was first isolated by Yuasa in Japan in 1976 . CAV particles are non enveloped with a diameter of 19 .1-20 .7nm, belonging to the family Circoviridae, genus Gyrovirus . CAV infection was first appeared in Indonesia at the same time as the outbreak of stunting and runting syndrome in 1996 with a mortality rate of 5-15 percent but it may reach to 60 percent . CAV can be transmitted vertically or horizontally . Chicken all ages is susceptible to infection . Infection of CAV occurred in young chicken flock at 2-3 weeks growth of age, causing clinical signs while in old chicken flock which is sub clinical . The signs of infectious of CAV are retarded, anaemia, anorexia, pale of face and pial . The pathology anatomy changes are pale carcases, yellowish bone marrow, atrophy of thymus and bursa fabricius . Whereas, histophatological changes are thymic necrosis of cortex and medulla, lymphocyte depletion of thymus, bursa fabricius and bone marrow. Diagnose of CAV is based on pathological changes and followed by the isolation of certain lymphoblastoid chicken cell MDCC-MSB I and then, is identified by virus neutralization . The presence of virus can also be identified by immunofluorescent and immunoperoxidase staining, in situ hybridization technique or PCR . For antibody detection, ELISA technique can be used .The syndromes of CAV infection are closely associated with those of osteopetrosis, reovirus, infectious bursal disease (IBD) and Marek. Vaccination programme in breeding farm is needed to induce maternal antibody . This paper describes the CAV disease and its occurrence in Indonesia . / Chicken anaemia virus (CAV) pada awalnya dikenal sebagai chicken anaemia agent (CAA), yang pertama kali diisolasi di Jepang pada tahun 1976 . Virus tersebut tidak mempunyai amplop, berdiameter 19,1-20,7 nm yang termasuk dalam famili Circoviridae, genus Gyrovirus . Penyakit CAV mencuat pada saat terjadi wabah kekerdilan pada ayam di Indonesia tahun 1996, merupakan penyakit pada ayam yang ditandai dengan angka kematian 5-15 persen, bahkan dapat mencapai 60 persen. Gejala klinis berupa anemia, perdarahan pada kulit dan atropi organ limfoid . Infeksi CAV terjadi pada ayam semua umur, dapat ditularkan baik secara vertikal maupun horizontal . Pada ayam muda umur 2-3 minggu dapat menimbulkan gejala klinis berupa hambatan pertumbuhan .anemia, muka, pial dan jengger pucat, sedangkan pada ayam tua bersifat subklinis . Gejala patologi anatomi yang sering ditemukan yaitu kepucatan pada karkas, sumsum tulang berwarna kuning, atroft timus dan bursa fabrisius, secara histopatologi terlihat nekrosis pada bagian korteks dan medula timus, deplesi limfosit pada timus, bursa dan sumsum tulang . Diagnosa ditenukan berdasarkan perubahan patologi yang dilanjutkan dengan mengisolasi virus CAV pada set limfoblastoid seperti MDCC-MSBI kemudian diidentifikasi dengan virus netralisasi. Keberadaan virus juga dapat dideteksi dengan pewarnaan immunofluorescent dan immunoperoxidase, teknik insitu hybridization dan PCR. Deteksi antibodi dalam darah ayam digunakan uji ELISA . Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi CAV juga ditemukan pada penyakit osteopetrosis, reovirus, infectious bursal disease (IBD) dan Marek . Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi pada induk bibit untuk membentuk antibodi maternal sebagai upaya untuk mencegah transmisi secara vertikal . Makalah ini mengulas tentang penyakit CAV secara Mum dan kejadian penyakit CAV di Indonesia .
|