02075 2200241 4500001002100000005001500021035002000036245024300056700001500299700003300314700001700347700002300364250002800387260000900415300002100424084001500445082001500460008003900475650005800514520119500572856005101767990001501818INLIS00000000001773720210830012457 a0010-0721002269 aEvaluasi Status Virulensi Isolat Bacillus Anthracis Asal Nusa Tenggara Dan Papua Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction Multiplex /cMaxs Urias Ebenhaizar; Asmara, W. ; Wahyu, Agnesia E Tri Hastuti; Wibowo, M. H ; Adji, Rahmat Setya aAsmara, W. aWahyu, Agnesia E Tri Hastuti aWibowo, M. H aAdji, Rahmat Setya aJurnal Kedokteran Hewan c2015 aVol. 9(2)p.89-93 aARTVET2317 aARTVET2317210830 | | |  4aBacillus anthracis, plasmid, PCR multiplex, virulensi aPenelitian ini bertujuan mengevaluasi status virulensi 22 isolat Bacillus anthracis (B. anthracis) asal Nusa Tenggara dan Papua menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) multiplex dengan dua pasang primer nukleotida yang memiliki target amplifikasi gen spesifik pada kedua plasmid. Ektraksi DNA dilakukan dengan metode lisis panas. Pasangan primer PA5 dan PA8 digunakan untuk mengamplifikasi gen pagA pada pXO1, sedangkan pasangan primer 1234 F dan 1301 R mengamplifikasi gen capABC pada pXO2. Hasil reaksi PCR menghasilkan dua pita DNA berukuran sekitar 600 dan 800 bp pada 20 isolat. Namun, dua isolat lain, masing-masing hanya memiliki salah satu dari kedua ukuran pita DNA tersebut. Sebagian besar koleksi isolat asal Nusa Tenggara dan Papua (91%) masih memiliki kedua plasmid secara lengkap (pXO1+/2+) dan karena itu bersifat virulen, sedangkan dua isolat lain (9%) telah kehilangan salah satu plasmid virulennya sehingga bersifat avirulen. Disimpulkan bahwa PCR multiplex dengan dua pasang primer dengan target amplifikasi pada plasmid dapat digunakan untuk evaluasi status virulensi isolat B. anthracis. ahttps://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2802 aARTVET2317