na INLIS000000000000201 20240515110531 0010-0622000001 ta 240515 0 ind 979-489-385-4 664.51 664.51 SET b Setiadi Bertanam cabai / Setiadi Cet. XII Jakarta : Penebar Swadaya, 1996 xii, 183 p. : ilus. ; 21 cm Cabai Kisah menarik petualang berkebangsaan Spanyol bermula pada tahun 1490. Saat itu ekspedisi yang dipimpin Columbus mendarat di sebuah daerah berhawa panas yang semula dikiranya sebagai salah satu daerah dari Benua Asia. Namun, belakangan barulah diketahui bahwa daerah yang didaratinya itu merupakan daerah Guanahani, sekarang merupakan wilayah San Salvador. Columbus sempat terheran-heran pada tanaman cabai Yang sudah dibudidayakan secara luas oleh penduduk asli di situ, karena berbeda dengan tanaman cabai yang dikenalnya di Eropa. Rasa buah tanaman dari benua temuannya ini Sangat pedas dan aromanya sangat tajam. Padahal tanaman cabai yang dikenalnya di Eropa tidak begitu pedas dan aromanya tidak begitu tajam. Cabai yang dikenalnya di Eropa adalah cabai yang dikenal sebagai paprika atau sweet pepper (C. annuum var. grossum atau C. grossum). Cabai yang ditemukan Columbus memang merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Dari sinilah tanaman ini menyebar ke Amerika Tengah menuju Amerika Serikat bagian selatan. Konon sejak tahun 7000 SM, buah cabai sudah dimanfaatkan oleh suku Indian untuk keperluan masak-memasak (bumbu). Menginjak tahun 5200—3400 SM, barulah mereka mulai membudidayakannya. Dari hasil budi daya ini, cabai disebarluaskan ke berbagai daerah lain di Benua Amerika. Persyaratan agar tanaman cabai dapat memberikan hasil yang baik adalah dengan memperhatikan suhu udara pada siang hari rata-rata 24°C atau antara 21°C-27°C dan suhu pada malam hari antara 13°C-16°C. Cabai jika ditanam dilahan sawah, sebaiknya di tanam pada akhir musim hujan. Sebaliknya bila di lahan tegal, ditanam pada akhir musim kemarau. Tanah yang baik dengan keasaman (pH) antara 6,0-7,0, tetapi akan lebih baik jika pH tanahnya 6,5 dan berstruktur remah atau gembur. Setiadi di Rak Sayuran 1294/BBDAPTHT/B/04 1295/BBDAPTHT/B/04