02532 2200241 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059082001800100084002400118100001200142245004600154250001100200260003900211300003300250500002800283500003300311650002100344520189000365600001202255990002302267INLIS00000000000017220240419033832 a0010-0422000043ta240419 0 ind  a316.334.3:321 a316.334.3:321 SUK p1 aSukarno1 aPancasila sebagai dasar negara /cSukarno aCet. I aJakarta :bInti Idayu Press,c1984 aix, 165 p. :bilus. ;c21 cm atidak tercantum no ISBN adi Rak Kebangsaan, Pelatihan 4aSosiologi negara aDasar bagi negara Indonesia Merdeka, atau Philosofische grondslag, itulah yang disampaikan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang Dokoritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI), sebagai jawaban untuk memenuhi permintaan Ketua dr. Radjiman Wediodiningrat. Seperti hal kelahirannya, Dasar Negara Indonesia Merdeka itu melalui perdebatan sesama anggota BPUPKI, Bung Karno juga mengharapkan agar dalam Badan Perwakilan Indonesia yang sudah merdeka nanti, akan terjadi perdebatan antara sesama wakil rakyat, demi terciptanya undang-undang yang mencerminkan hati nurani rakyat. Dasar Negara Indonesia, yakni Pancasila itu, tidak menolak beda pendapat, sebaliknya mencarikan sintese, yaitu perbedaan dalam ikatan persatuan, sebagai cermin dari kepribadian bangsa, yaitu musyawarah dan mufakat. Pancasila bukanlah hasil renungan satu malam, tidak pula hasil kompilasi dari berbagai pikiran dalam sidang BPUPKI itu. Sejarah cukup jelas memberikan bukti, bahwa dari usia muda, sejak tahun1918, Bung Karno sudah memikirkan Weltanschauung bagi bangsa Indonesia, bila kelak kemerdekaan telah dicapai. Bung Karno telah menguraikan Pancasila itu lebih luas, lebih terperinci, melalui kuliah-kuliah beliau di tahun 1958. Uraian ini kemudian diterbitkan oleh Departemen Penerangan dengan judul "PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA". Kemudian perlu pula disadari, bahwa Pancasila yang di-gogo oleh Bung Karno dari saf-saf perkembangan kebudayaan dan peradaban Indonesia sejak pra Hindu, masa Hindu, masa Islam, dan masa kontak dengan imperialisme Barat (khususnya Belanda), adalah hasil penelitian yang sangat dalam dan mendasar. Sebab, sudah menjadi kodratnya, bahwa orang tidak dapat dipisahkan dari bumi tempat berpijaknya. Alam pikiran, karakter, kepribadian rakyat Indonesia tidak mungkin dipisahkan dari bumi Indonesia dengan segala kekhasannya.14aSukarno a1754/BBDAPTHT/B/05